Yayasan Korindo Perangi Stunting Lewat Edukasi
JAKARTA, 14 APRIL 2022 – Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan perhatian khusus dalam memerangi kondisi stunting atau gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis dalam jangka panjang.
Menurut data dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4% atau 5,33 juta balita. Sedangkan di Jakarta kasus stunting masih berada di kisaran angka 16,8%. Maka tak heran jika Presiden Joko Widodo melalui jajaran pemerintahannya memberikan perhatian khusus dengan menggencarkan program untuk memerangi stunting.
Namun, mengentaskan stunting tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak saja, dibutuhkan campur tangan banyak pihak untuk keberhasilannya.
Memahami hal tersebut, Korindo Group melalui Yayasan Korindo bergabung dalam upaya berjuang memerangi stunting dengan memberikan edukasi lewat kegiatan webinar bertajuk “Pembinaan Kader Kesehatan Masyarakat” pada Kamis (7/4) yang diikuti oleh organisasi kemasyarakatan PKK dan Dasawisma seluruh Kecamatan Pancoran. Bertindak sebagai narasumber yaitu Kepala Puskesmas Pancoran dr. Sri Lenita MARS.
Dalam penjabarannya, dr. Sri mengatakan bahwa anak yang mengalami stunting di samping mengalami gagal tumbuh (tubuh pendek), umumnya memiliki kecerdasan yang lebih rendah dari anak normal. Selain itu, anak stunting lebih mudah menderita penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk melakukan deteksi dini stunting pada anak dengan cara memantau pertumbuhannya. Menurut dr. Sri pengukuran berat badan dan tinggi badan secara rutin perlu dilakukan, sebab anak yang tidak naik berat badannya jika dibiarkan akan berdampak pada tinggi badannya.
Orang tua juga wajib memperhatikan fase 1000 hari pertama kehidupan anak, yaitu fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat kehamilan sampai dengan anak berusia 2 tahun. Dalam periode emas ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat, sehingga dibutuhkan kecukupan gizi dan stimulasi untuk mencegah masalah gizi dan gangguan tumbuh kembang.
“Kita harus tetap memberikan dorongan dan dukungan terhadap orang tua untuk memberikan asi eksklusif dan MPASI (Makanan Pendamping ASI) untuk mencegah stunting,” tegasnya dr. Sri.
Dr. Sri menjelaskan setidaknya ada 3 penyebab anak mengalami stunting. Pertama karena aksesibilitas pangan yang terbatas, kemudian pola asuh orang tua yang salah dan terakhir kebersihan sanitasi, air minum serta layanan kesehatan yang kurang memadai.
Sejumlah langkah yang dilakukan Puskesmas Kecamatan Pancoran untuk memantau pertumbuhan anak-anak adalah dengan melakukan pemantauan mandiri secara online (daring) lewat program Sepatu Kaca (Selalu Pantau Tumbuh Kembang Anak Ceria), Sepatu Kaca on the spot sebagai alternatif dari posyandu adaptasi kebiasaan baru, e-FAST atau elektronik formulir skrining anak risiko malnutrisi, juga posyandu adaptasi kebiasaan baru.
Camat Kecamatan Pancoran, Drs. Moh. Rizki Adhari Jusal menyambut baik kegiatan ini. “Saya Mengapresiasi kegiatan ini sebagai bentuk kolaborasi dari stakeholder yang ada di Kecamatan Pancoran, salah satunya adalah Yayasan Korindo, yang selalu memberikan atensi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat terutama tentang stunting di Kecamatan Pancoran.” (pr)
Komentar
Posting Komentar