Kesaksian Pastor Felix Amias: Korindo Bantu Masyarakat, Video BBC News Manipulatif
JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Tokoh masyarakat di Papua Selatan menyesalkan pemberitaan BBC News Indonesia dan jaringannya kepada Korindo yang menyoroti pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan pembakaran lahan di konsesinya. Pastor Felix Amias menceritakan pengalaman hidupnya yang besar di Asiki dan Getentiri, Kabupaten Boven Digoel sebelum dan saat Korido hadir dalam pembangunan Kabupaten Boven Digoel terutama Papua di bagian Selatan.
“Sewaktu tahun 1960-an dan 1970-an, kami merasakan susah. Tetapi masuknya Korindo ini memberikan sumbangan positif untuk masyarakat. Ada perkembangan bagus seperti adanya lapangan pekerjaan, adanya jaringan telekomunikasi, adanya sekolah dan rumah sakit – boleh dikatakan yang terbaik di Kabupaten Boven Digoel, serta perputaran ekonomi kerakyatan,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi.
Menurutnya, “Orang lain mungkin kesulitan keuangan dan kelaparan ketika pandemi covid-19 sedangkan di sana masyarakat baik-baik saja (kecuali kalau pemalas). Ini saya katakana karena baru-baru ini tinggal disana selama empat bulan lamanya dari Juli sampai Oktober.”
Ia bertutur selama empat bulan terakhir di sana tidak terlihat kegiatan buruk Korindo seperti dilukiskan dalam video yang dirilis BBC News Indonesia. Yang menjadi pertanyaan, mengapa foto lama tadi dipublikasikan terus. Ini ada tujuan apa? Mengapa hanya Korindo yang terus disoroti, sementara ada juga perusahaan lain yang berbarengan di sekitar Muting dan Bupul. “Perusahaan Korea itu bukan hanya Korindo ada juga perusahaan Korea lain di sekitar sana, lalu mengapa itu tak disoroti?”, tanyanya.
Dikatakan Felix, apabila tujuan pemberitaan ini membela kepentingan rakyat dengan alasan masyarakat jangan kehilangan hutan dan hutan itu juga merupakan paruparu dunia maka semua perusahaan yang ada di sekitar sana mestinya disoroti semuanya. “Gambar-gambar dalam video dan terutama dalam artikel (BBC) terkesan manipulatif untuk menggiring opini publik agar percaya bahwa Korindo melanggar hukum dan HAM.”
Berkaitan foto terlihat tumpukan kayu mol yang terbengkalai begitu saja. Menurutnya, Korindo mempunyai pabrik ply-wood pasti kayu itu dipakai, tetapi tumpukan kayu mol itu memberi kesan itu gambar dari tempat lain.
Diceritakan Bulan Januari 2020 saya dan teman LSM dari Jakarta ia ke lahan baru yang dibuka oleh PT. Bumi Mitra Mardaya (BMM) antara kampung Anggai dan Getentiri, tempat itu namanya WISIBINO. Kayunya tertumpuk seperti itu dan banyak yang mulai membusuk, rupanya perusahaan ini kehabisan modal sehingga belum berjalan.
“Saya masih simpan gambar itu (yang diambil dengan drone) dan ketika dibandingkan dengan gambar yang di video dan artikel yang dirilis BBC News Indonesia sepertinya mirip. Mungkin gambar itu diambil dari WISIBINO. Supaya jangan pikiran seperti ini maka mestinya diberi keterangan gambar itu diambil di lokasi mana dan kapan pengambilan gambarnya,” jelasnya.
Mengenai tuduhan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) mengenai ganti rugi tanah di Boven Digoel – Papua Selatan sebesar Rp 100.000/hektar. Felix menyebutkan tidak ada istilah “ganti rugi” tetapi yang dikenal itu “uang pelepasan tanah atau tali-asih.” Uang “ganti rugi” itu mengandung pengertian setelah dikasih masyarakat tak berhak dapat apa-apa lagi dari perusahaan, ya tentu bukan seperti itu.
Ia menyebutnya uang “pelepasan tanah atau tali asih” itu mengandung pengertian “ikatan” antara perusahaan dan masyarakat untuk bersama mengelola tanah ini. Karena masyarakat punya hak untuk mendapatkan bantuan dari perusahaan ketika perusahaannya berjalan. “Perusahaan mempunyai kewajiban CSR seperti penyediaan fasilitas publik, membangun kebun plasma bagi pemilik tanah, menyekolahkan anak-anak tuan dusun, dan lainnya. Itu yang lagi berjalan di PT. Korindo sampai saat ini.”
Secara pribadi, dikatakannya, Korindo telah membawa banyak kemudahan bagi kami. “Anda semua dari luar hanya pergi beberapa saat lalu memberi komentar yang kontra-produktif, sementara Korindo dan kami masyarakat yang tinggal di sana dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun pun silih berganti. Kami yang mengalami susah dan senang di sana, bukan kamu,” ujarnya menutup pembicaraan.
Sumber : sawitindonesia.com
Komentar
Posting Komentar